# ...SukA kATa & cRIta..

“Ya Allah, tegurlah aku dengan kasihmu jika aku lalai karena suatu hal, juga lakukan itu kpd orang lain. karena Engkau adalah sebaik-baik Penegur makluk Mu, ampunilah kami yang telah berputus asa, mungkin juga sombong. Jadikan aku senantiasa bermanfaat bagi orang lain, kalaupun hanya untuk membuatnya tersenyum.."

http://youtu.be/GGtKxbu7vLI

Minggu, 09 Agustus 2009

istri islam islam istri dibenci ALLAH


Bagaimana sebenarnya istri dan ibu ideal dalam Islam?
Berbicara mengenai istri dalam rumah tangga, biasanya ayat “arrijalu qowwamuna ‘ala ‘annisa” dijadikan salah satu rujukannya, karena dalam ayat tersebut dibicarakan tentang pembagian kerja antara suami istri. Dalam memahami ayat ini, menurut Dr. H.M. Quraish Shihab, MA., ada 2 hal yang perlu digaris bawahi dengan melandasi hak dan kewajiban suami istri yaitu :

1. terdapat perbedaan antar pria dan wanita, bukan hanya pada bentuk fisik tetapi juga pada psikis (jiwa). Bahkan menurut Dr.A.Carrel (salah satu dokter yang meraih 2 kali hadiah nobel) perbedaan tersebut berkaitan juga kelenjar-kelenjar dan darah masing-masing. Pembagian kerja, hak dan kewajiban yang ditetapkan agama terhadap kedua jenis itu, didasarkan pada perbedaan tersebut.

2. pola pembagian kerja yang ditetapkan agama tidak menjadikan salah satu pihak bebas, paling tidak dari segi kewajiban moral untuk membantu pihak lain dalam hal yang berkaitan dengan kewajiban masing-masing.

Itulah beberapa perbedaan antara Pria dan Wanita, Bapak-bapak dan ibu-ibu yang berbahagia

Dalam hal ini, Abu Thaur, berpendapat bahwa seorang istri hendaknya membantu suaminya dalam segala hal. Salah satu alasannya dalam mengurus rumah tangga , tetapi asma’ juga membantu suaminya, antara lain dalam memelihara kuda suaminya, menyabit rumput, menanam benih dikebun dan sebagainya.

Sebenarnya wanita pada masa Nabi Muhammad SAW, ingin mengambil semua peran yang dilakukan oleh kaum pria, tapi beliau mengigatkan bahwa peran wanita sebagai istri dan ibu tidak kalah nilainya dengan peran yang dilakukan kaum pria.

Dalam sebuah hadist diterangkan, ada seorang wanita yang menghadiri majelis lalu bertanya kepada Rosullah “Ya Rasulullah, saya datang kemari mewakili para wanita lain untuk menanyakan masalah jihad, mengapa hanya lelaki yang diperintahkan berjuang ke medan perang? Kalau mereka menang, kehormatan dan pahala mereka dapatkan. Kalau mereka gugur, dia langsung masuk surga. kami wanitanya ditugasi menjaga rumah dan membesarkan anak-anak. Apa yang kami peroleh? Nabi Besar Muhammad SAW dengan menyungging senyum berkata : sampaikanlah salamku kepada para wanita lain. Katakanlah, jika mereka taat mendampingi suami dan mendidik anak-anak, nilainya sama dengan jihad dimedan perang bagi kaum pria.

Sekarang ajaran Rosullah tersebut mulai bergema lagi diseluruh pelosok dunia. Emansipasi yang dulu dikemukakan secara kebablasan, karena menganjurkan wanita meniti karir diluar rumah bahkan ada yang sampai menolak nikah dengan pria, menemui batu sandungan yang dahsat tatkala merebaknya kenakalan remaja yang meraja lela. Penyebabnya antara lain, lantaran mereka tidak memperoleh cukup waktu untuk menerima kasih sayang orang tua, terutama dari ibu. Untuk dijaman saat ini dipelopri oleh Anni Kawasaki, wanita kediri yang bersuamikan pria Jepang, banyak kaum feminis yang mulai mengajak kembali para ibu untuk lebih lama berada dirumah bersama keluarga.

Karena pada hakekatnya, melakukan kewajiban dan peran sebagai istri dan ibu tidak kalah pentingnya dari tugas-tugas mulia yang lain. Bahkan dalam bebepa hal, kewajiban dan peran tersebut tidak dapat digantikan kaum lelaki. Sebab secara fitra, terdapat ciri khas pada wanita berupa biofisik dan anatomis yang menempatkannya lebih dominan sebagai mitra suami, ibu dan anak-anak.

Sebagai mitra suami, Nabi Muhammad SAW bersabda : “khirun nisa’imroatun in nadzarta ilaiha sarratka wa in amartaha ath’atka, wa in ghibta ‘anha hafidzatka fi malika wa nafsiha”. Artinya : sebaik-baiknya wanita ialah istri yang jika kamu pandang menyenangkan, jika kamu perintah selalu taat dan jika kamu pergi dari dari dijaganya hartamu dan kehormatannya.

Apabila ayah, lazim disebut sebagai kepala keluarga, maka menurut Abdurohman Arroisi, ibu adalah lebih dari itu, karena ia merupakan jiwa atau ruh-nya. Dengan segala kualitas keibuannya, wanita paling menentukan dalam menghitam putihkan suasana kehidupan keluarga. Wanita bertanggung jawab mengasuh, mendidik, dan mengarahkan anak, agar menjadi manusia yang saleh maupun sholehah. Ahmad Syauqi, seorang penyair Mesir, berucap : Ibu itu laksana sekolah, apabila ibu mendidik dengan baik berarti ibu telah mendidik suatu bangsa dengan baik.

Wanita seperti itulah, barangkali yang berhak menyimpan surga dibawah telapak kakinya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : aljannatu aqdamil ummahat.
Istri dan ibu ideal dalam Islam bukanlah wanita karir yang selalu berada di luar rumah sehingga melalaikan kewajiban dan perannya sebagai istri dan ibu bagi anaknya. Istri dan ibu ideal dalam Islam adalah wanita yang dapat menjadi mitra suami dalam rumah tangga dan dapat mendidik anaknya dengan baik.


DUSTA DAN KHIANAT , BEDA TIPIS...!!

--------- Namun kadang-kala banyak wanita Indonesia, khususnya muslimah, yg masa bodo ttg hal ini; apalagi disaat kebutuhan materi 'dinomer-satukan; pembangkangan, munafik, khianat, seolah menjadi satu karakter baru; Lalu siapa yg salah?, apakah setiap pria; khususnya para suami/kepala keluarga harus 'on the top' terus?, keridak-wajaran banyak hal membuat kenistaan baik yang disengaja maupun tidak....weuhhh, tape dee....

LALU BAGAIMANA JIKA ORANG YG ANDA CINTAI ITU MELAKUKAN 'KHIANAT'?, Sedangkan Allah melarang untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat khianat,
“Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat.” (QS. An-Nisâ` : 105)
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisâ` : 107)
--------

”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu, dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan.” (Riwayat Tirmidzi, an-Nasai, dan lainnya).

”Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka. Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (Muttafaqun‘alaih)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Islam mengajarkan tentang kejujuran dan jalan terbaik menuju bahagia? anda percaya? jawaban itu sudah cukup untuk mengatakan bahwa kita mesti mengikuti ajaran yang kita yakini, islam is the best for me , and you?