# ...SukA kATa & cRIta..

“Ya Allah, tegurlah aku dengan kasihmu jika aku lalai karena suatu hal, juga lakukan itu kpd orang lain. karena Engkau adalah sebaik-baik Penegur makluk Mu, ampunilah kami yang telah berputus asa, mungkin juga sombong. Jadikan aku senantiasa bermanfaat bagi orang lain, kalaupun hanya untuk membuatnya tersenyum.."

http://youtu.be/GGtKxbu7vLI

Senin, 18 April 2011

“ Masih Terperangkap Budaya Hindu? “


DR.NUNING DAMAYANTI (Dosen FSRD-Fak.Seni Rupa Design ITB)
“ Masih Terperangkap Budaya Hindu? “

Dikalangan terdekatnya, nama Nuning Damayanti dikenal sebagai pribadi yang ramai, dan mudah diajak bicara. Darah seni dalam tubuhnya mengalir seirama dengan kehidupannya sehari- hari. Dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bertubuh mungil ini, selalu terlihat fresh. Kesibukannya cukup menyulitkan MU untuk menemuinya, beruntung dapat dihubungi lewat seluler, dan obrolanpun mengalir dengan suaranya yang selalu ceria dan tawanya yang renyah.

“Jujur saya hanya mengetahui tentang Kartini itu lewat buku yang pernah saya baca. Menurut saya, Kartini memang pantas untuk dijadikan panutan bagi kaum perempuan. Memang sekarang ini banyak di dengungkan masalah persamaan gender, namun di Indonesia tidak terlalu masalah. Hanya saja dari dulu hingga saat ini masih ada keterkaitannya dengan budaya Hindu yang pernah masuk ke Indonesia sekitar 500 sampai 1500 SM sebelum islam masuk ke Indonesia.

Peran seorang wanita dari dulu sudah diatur sesuai tradisi, sehingga kesetaraan itu belum dapat tercipta. Tetapi jangan salah sebenarnya masalah gender ini tidak terlalu berat.hanya karena adanya pengaruh- pengaruh asing yang memunculkannya. Di sejarah – sejarah pun tidak mengenal itu. Coba saja kita lihat budaya orang Padang, disana perempuan yang lebih dominan, kekuasaan wanita lebih kuat, di Jawa Barat kekuasaan ada pada bapak, itupun setelah islam masuk. Kemudian di Jawa sampai saat ini masih patrialis artinya bapak sangat kuat sekali, sementara di Bali kesetaraan itu sudah ada. Pria dan wanita memiliki kekuasaan yang sama. Bahkan disini wanita Bali banyak yang bekerja daripada kaum pria.

Saya kira untuk persamaan gender ini, kita kembalikan pada pemerintah. Disini pemerintah harus mendahulukan filosofi secara suku, sosiologi, sejarah, dan geografi, maka nantinya akan muncul wanita- wanita tangguh di wilayahnya masing- masing. Dalam islam posisi wanita itu sangat tinggi sekali. Bisa dikatakan posisi kita itu sangat bagus, karena islam menempatkan perempuan itu tidak sama dengan pria, itu ada pada surat An-nisa

Yang menyebabkan intervensi perempuan tetap dibawah, karena patrialisnya hindu sangat kuat dan masih berlangsung hingga sekarang. Mengenai masih adanya tuntutan hak dan kesetaraan gender, saya kira tidak perlu di basar- besarkan lagi, kita pernah dipimpin oleh seorang perempuan yaitu Megawati.

Memang di Eropa sekitar tahun 1960 an, perempuan tidak diakui keberadaannya.begitu juga di Arab, kedudukan wanita sangat rendah, masih ada diskriminasi terhadap mereka. Tetapi sekarang di barat suara perempuan sangat radikal. Bahkan pengaruhnya mampu menembus wanita Indonesia yang dikenal santun menjadi memiliki pola berpikir yang konservatif.

Jika dilihat perjuangan Kartini dahulu dan Kartini sekarang memang jauh berbeda, tetapi saya belum melihat adanya penilaian yang pas untuk bisa disebut pahlawan. Karena sekarang ini masih dibumbui oleh kepentingan lain, misalnya politik. Mungkin ada satu orang yang bisa saya kategorikan sebagai pahlawan daerah. Dia seorang wanita yang berasal dari Sumbawa. Dalam perjuangannya, bagaimana dia bisa mendidik ibu- ibu di pedesaan melalui ketrampilan dan karya- karyanya bisa dinikmati oleh masyarakat banyak. Dia mampu mengangkat dari keterbatas menjadi sesuatu yang luar biasa. (Mia/MU)

Tidak ada komentar: