# ...SukA kATa & cRIta..

“Ya Allah, tegurlah aku dengan kasihmu jika aku lalai karena suatu hal, juga lakukan itu kpd orang lain. karena Engkau adalah sebaik-baik Penegur makluk Mu, ampunilah kami yang telah berputus asa, mungkin juga sombong. Jadikan aku senantiasa bermanfaat bagi orang lain, kalaupun hanya untuk membuatnya tersenyum.."

http://youtu.be/GGtKxbu7vLI

Senin, 31 Agustus 2009

DOA KITA ENERJI DAHSYAT KITA


DOA KITA, ENERJI DAHSYAT KITA
Kita sebagai manusia dalam kehidupan ini senantiasa bergulat dengan masalah dan persoalan yang perlu penyelesaian, sesuai dengan kadar permasalahannya. Yah.. itu lah manusia sebagai makhluk sosial, yang senantiasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Bukan hanya orang lain, tetapi makhluk lain pula seperti binatang, tumbuhan, udara, matahari, air dan segalanya. Namun jika kita renungi lebih dalam (mungkin lebih bernada filosofis), sebenarnya kita hanya memerlukan pada dzat yang padanya bergantung segala sesuatu. Manusia menyebutnya sebagai Tuhan. Kaum muslim menyebutnya sebagai Allah SWT.

Pemeluk agama apapun; dianjurkan dan diperintahkan untuk senantiasa meminta pertolongan kepada Tuhan YME / Allah SWT.
Setiap saat ia bisa meminta pada Allah SWT.. dan semakin banyak dipinta justru Allah SWT akan semakin senang. malah Allah SWT akan marah bila hambanya tidak pernah meminta atau berdoa padaNYA. berbeda dengan manusia yang apabila semakin dimintai sesuatu akan semakin tidak senang. Itulah salah satu sebabnya maka meminta pada Allah SWT adalah ibadah, yakni berdoa.

Banyak ragam dan gaya berdoa; namun semuanya satu tujuan; ijbah/dikabulkan atas apa yg diminta-nya; namun tentunya tidak semudah itu akan mendapatkannya; banyak syarat tentunya; ada etika; tata-krama dan aturan dalam menyampaikan doa; minimal ia pasrah dan ikhlas apapun yg akan didapatkannya.

Dalam setiap segi kehidupan seoarang muslim, sudah diajarkan dan diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT (Rasulullah SAW) agar senantiasa dilaksanakan dengan berdoa, meminta dan berdzikir pada Allah SWT. Mulai dari bangun tidur sampai hendak tidur kembali ada permintaan atau doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan itulah salah satu lebihnya Islam yang mengatur seluruh segi kehidupan kita manusia di dunia ini.

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang banyak berdoa, memohon dan menunjukkan ketergantungan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Beliau sangat menyukai kalimat-kalimat yang ringkas namun sarat makna dan juga menyukai ucapan-ucapan doa.
Doa adalah ibadah yang sangat agung, yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hakikat doa adalah menunjukkan ketergantungan kita kepada-NYA Doa merupakan tanda Ubudiyah (penghambaan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala). Doa juga merupakan lambang kelemahan manusia. Di dalam ibadah doa terkandung pujian terhadap Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Disamping itu terkandung juga sifat penyantun dan pemurah bagi Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Doa itu adalah ibadah” (HR: Tirmidzi)

Saat Perang khandaq tahun 5 H. sejak bulan Syawwal dan berakhir pada bulan Dzul-qa’idah merupakan peperangan yang sangat menegangkan yang berakhir dengan pelecehan di pihak pasukan musyrikin dan memberikan kesan bahwa kekuatan sebesar apapun di Arab tidak akan mampu melumatkan kekuatan lebih kecil yang sedang mekar di Madinah, yang saat itu dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.

DOA SEPERTI RASULLULLAH SAW; Berjuang & pasrah.


Disaat Rasull dan pasukannya terjepit musuh, ia bersama pasukannya memohon petunjuk Allah dengan berdoa khusyu, diantara doa-doa itu al; “Ya Allah, tutupilah kelemahan kami amankanlah kegundahan kami.” Rasulullah juga berdoa untuk kemalangan musuh, “Ya Allah yang menurunkan Al-Kitab dan yang cepat hisab-nya, kalahkanlah pasukan musuh. Ya Allah, kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.”

Allah pun mendengar doa rasul-Nya dan pasukannya Allah mengirimkan pasukan berupa angin taufan , sehingga kemah-kemah mereka porak-poranda. Allah juga mengirimkan pasukan yang terdiri dari pada malaikat yang membuat mereka menjadi gentar kacau, menyusupkan ketakutan ke dalam hati mereka. Pada keesokan harinya beliau mendapatkan musuh sudah diusir Allah dan pergi dari tempatnya, tanpa keuntungan apa-apa.

DOA DAN SETIA PRANA?

Entah karena profesi,entah karena memang insomnia, penyakit saya untuk tidur cepat selalu bermasalah; segala macam cara telah saya lakukan; namun setelah kenal Kang Gatot dan menunjukan beberapa cara, dan saya amalkan kalaupun patah-patah (karena terus menghapal dgn bantuan gambar) ----- sejak malam senin, 30 /8/2009 lalu saya agak mulai dapat cepat tidur. Awalnya memang sulit, dengan panduan ‘guide brochures’ yang diberikan kpd saya , setiap usai sholat subuh, dzuhur, magrib dan isya, saya paksakan untuk ‘bergaya’; peluh pun bercucuran; ada kehangatan hingga dalam jiwa. Selain itu, timbul rasa percaya diri dan banyak hal yg tidak dapat tergambarkan; jika selama ini saya masih ‘cadel, namun manfaatnya sudah terasa.

Adapun doa sebelum ‘bergaya itu sangat sederhana, saya hanya baca Al-fatihah 3X dengan khusyu , dibilangan ketiga/terakhir, saat membaca , “…. Iyyāka na’budu wa iyyāka nastaīn --- Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan ---- lalu saya lafalkan apa yg menjadi keinginan saya, misalnya; diberikan kesehatan rohani jasmani, ketenangan, kententrama, dsb….trus dilanjutkan surat tersisanya ….. . Ihdinās ṣirāṭal-mustaqīm , Ṣirāṭal-ladzīna an’amta alaihim ġayril maġdūbi alaihim walāḍḍāllīn…Amin Ya RAbillalamin…tentunya dilakukan dengan khusyu, saya biasanya memejamkan mata rapat, menengadhkan tangan dan keluar dari hati. ‘Entah bagaimana kalian, apakah sama atau tidak?

Dari beberapa refernsi saya pernah baca dan kutip, dari sekian doa yg dianjurkan , ada cara berdoa yg dianggap ‘spesial’ bagi ALLAH, yaitu disaat yg berdoa tengah; (1). dalam keadaan dihina orang / dijatuhkan martabat kita / dizhalimi , (2). Bila melihat kedua orang tua tersenyum bahagia, (3) Ketika dalam keadaan senang

Maka saya melalui doa dan menggunakan media ‘gaya Setia Prana, saya telah mendapatkan kenyataan bahwa DOA ADALAH ENERJI MAHA DAHSYAT. Tenunya ini harus dibarengi dengan niat lain; kurangi ngopi, rokok, minuman bersoda/alkohol, dsb

Jadi, anda boleh percaya atau tidak bahwa dalam Setia Prana ada doa; Nur, cahaya, charisma dan Ke-ikhlasan…memang memerlukan waktu namun anda telah mendapatkan dua poin disini; Ibadah krn memuji Allah dan terkabulnya apa yg kita harapkan.
Anda boleh percaya atau tidak, juga teman-teman non-muslim lainnya; bahwa karena IJIN-NYA lah apapun yg kita minta (Insya Allah diijabah/kabulkan); Kelak jika anda telah mampu menguasai semua hidayah melalui yang Setia Prana anjurkan (bukan ajarkan, kalau menurut saya pribadi), maka apapun kelak dapat anda lakukan; mengobati diri sendiri, orang lain, dsb --- namun jika kelak berhasil, jangan lupakan bahwa masih banyak orang lain yg membutuhkan bantuan kita, anything, anytime n anywhere…’tetap sederhana, jauhkan sombong !, yuuu (@rief/Gatot)

Selasa, 25 Agustus 2009

WANITA FACEBOOK BERJILBAB SAHABATKU







Arti kata jilbab ketika Al-Qur’an diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan yang kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikataka...n Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma’ani.//Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan--- Asy-Syaih Athiyah Shoqor (Ulama ternama Mesir) ketika ditanya hukum seorang wanita yang cuma mengenakan penutup kepala yang bisa menutup rambut dan leher saja tanpa memanjangkan kain penutup itu ke dada dan sekitarnya, beliau menjawab dengan membagi permasalahan menutup aurat (kepala) itu menjadi tiga :

1.Khimar (kerudung) yaitu segala bentuk penutup kepala wanita baik itu yang panjang menutup kepala dada dan badan wanita atau yang hanya rambut dan leher saja.

2.Niqob atau burqo’ (cadar) yaitu kain penutup wajah wanita dan ini sudah ada dan dikenal dari zaman sebelum Islam datang seperti yang tertulis di surat kejadian dalam kitab Injil. Namun kata beliau “ini juga kadang disebut Khimar”.

3.Hijab (tutup) yaitu semua yang dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual) baik dengan menahan pandangan, tidak mengubah intonasi suara bicara wanita supaya terdengan lebih menarik dan menggugah, menutup aurat dan lain sebagainya, semuanya ini dinamankan hijab bagi wanita ---- APAPUN SALUT KPD WANITA FACEBOOK YANG TELAH MEMULAINYA DGN IKHLAS, MEREKALAH SAHABAT2-KU...(kapan giliran anda?)my FB; papa rief or ariefmaniez suwendi, yuu...!

Sabtu, 15 Agustus 2009

sulitkah mendirikan KELUARGA ISLAMI



Mayoritas manusia tentu mendambakan kebahagiaan, menanti ketentraman dan ketanangan jiwa. Tentu pula semua menghindari dari berbagai pemicu gundah gulana dan kegelisahan. Terlebih dalam lingkngan keluarga. Ingatlah semua ini tak akan terwujud kecuali dengan iman kepada Alloh, tawakal dan mengembalikan semua masalah kepadaNya, disamping melakukan berbagai usaha yang sesuai dengan syari'at.

Pentingnya Keharmonisan Keluarga Yang paling berpengaruh buat pribadi dan masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Alloh dengan hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap dan tinggal dengan tentram di dalamnya. FirmanNya: "dan diantara tanda-tanda kekuasanNya adalah Dia mencipatakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan diajadikanNya diantara kamu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Rum: 21)

Ya.supaya engkau cenderung dan merasa tentram kepadanya (Alloh tidak mengatakan: 'supaya kamu tinggal bersamanya'). Ini menegaskan makna tenang dalam perangai dan jiwa serta menekankan wujudnya kedamaian dalam berbagai bentuknya.

Maka suami istri akan mendapatkan ketenangan pada pasangannya di kala datang kegelisahan dan mendapati kelapangan di saat dihampiri kesempitan. Sesungguhnya pilar hubungan suami istri adalah kekerabatan dan pershabatan yang terpancang di atas cinta dan kasih sayang. Hubungan yang mendalam dan lekat ini mirip dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Al Qur'an menjelaskan: "Mereka itu pakaian bagimu dan kamu pun pakaian baginya." (Al Baqarah: 187)

Terlebih lagi ketika mengingat apa yang dipersiapkan bagi hubungan ini misalnya; penddidikan anak dan jaminan kehidupan, yang tentu saja tak akan terbentuk kecuali dalam atmosfir keibuan yang lembut dan kebapakan yang semangat dan serius. Adakah di sana komunitas yang lebih bersih dari suasana hubungan yang mulia ini?

Pilar Peyangga Keluarga Islami

1. Iman dan Taqwa

Faktor pertama dan terpenting adalah iman kepada Alloh dan hari akhir, takut kepada Dzat Yang memperhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertaqwa dan bermuraqabbah (merasa diawasi oleh Alloh) lalu menjauh dari kedhaliman dan kekeliruan di dalam mencari kebenaran.

"Demikian diberi pengajaran dengan itu, orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat. Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia kan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia kan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan keperluannya." (Ath Thalaq: 2-3)

Di antara yang menguatkan tali iman yaitu bersungguh-sungguh dan serius dalam ibadah serta saling ingat-mengingatkan. Perhatikan sabda Rasululloh: "Semoga Alloh merahmati suami yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula istrinya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya. Dan semoga Alloh merahmati istri yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula suaminya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasa'i, Ibnu Majah).

Hubungan suami istri bukanlah hubungan duniawi atau nafsu hewani namun berupa interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika hubungan itu shahih maka dapat berlanjut ke kehidupan akhirat kelak. FirmanNya: "Yaitu surga 'Adn yang mereka itu masuk di dalamnya bersama-sama orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya." (Ar Ra'du: 23)

2. Hubungan Yang Baik

Termasuk yang mengokohkan hal ini adalah pergaulan yang baik. Ini tidak akan tercipt akecuali jika keduanya saling mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.

Mencari kesempurnaan dalam keluarga dan naggotanya adalah hal mustahil dan merasa frustasi daklam usha melakukan penyempurnan setiap sifat mereka atau yang lainnya termasuk sia-sia juga.

3. Tugas Suami

Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri itu lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu maka ia akan buntu.

Teralalu berlebih dalam meluruskannya berarti membengkokkannya dan membengkokkannya berarti menceraikannya. Rasululloh bersabda: "Nasehatilah wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari rusuk adalah bagian atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya. Dan seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah dengan baik." (HR. Bukhari, Muslim)

Jadi kelemahan wanita sudah ada sejak diciptakan, jadi bersabarlah untuk menghadapinya. Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat apa yang menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi kekurangan mereka. Dan perhatikan sisi kebaikan niscaya akan banyak sekali.

Dalam hal ini maka berperilakulah lemah lembut. Sebab jika ia sudah melihat sebagian yang dibencinya maka tidak tahu lagi dimana sumber-sumber kebahagiaan itu berada. Alloh berfirman; "Dan bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Aloh menjadikannya kebaikan yang banyak." (An Nisa': 19)

Apabila tidak begitu lalu bagaimana mungkin akan tercipta ketentraman, kedamaian dan cinta kasih itu: jika pemimpin keluarga itu sendiri berperangai keras, jelek pergaulannya, sempit wawasannya, dungu, terburu-buru, tidak pemaaf, pemarah, jika masuk terlalu banyak mengungkit-ungkit kebaikan dan jika keluar selalu berburuk sangka.

Padahal sudah dimaklumi bahwa interaksi yang baik dan sumber kebahagiaan itu tidaklah tercipta kecuali dengan kelembutan dan menjauhakan diri dari prasangka yang tak beralasan. Dan kecemburuan terkadang berubah menjadi prasangka buruk yang menggiringnya untuk senantiasa menyalah tafsirkan omongan dan meragukan segala tingkah laku. Ini tentu akan membikin hidup terasa sempit dan gelisah dengan tanpa alasan yang jelas dan benar.

4. Tugas Istri

Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri mengetahui kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai pemimpin, pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta memperhatikan diri dan rumahnya.

Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami dan tiada mengingkari kebaikannya. Untuk itu seyogyanya memaafkan kekeliruan dan mangabaikan kekhilafan. Jangan berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan mengkhianati ketika ia pergi.

Dengan ini sudah barang tentu akan tercapai saling meridhai, akan langgeng hubungan, mesra, cinta dan kasih sayang. Dalam hadits: "Perempuan mana yang meninggal dan suaminya ridha kepadanya maka ia masuk surga." (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Majah)

Maka bertaqwalah wahai kaum muslimin! Ketahuilah bahwa dengan dicapainya keharmonisan akan tersebarlah semerbak kebahagiaan dan tercipta suasana yang kondusif bagi tarbiyah.

Selain itu tumbuh pula kehidupan di rumah yang mulia dengan dipenuhi cinta kasih dan saling pengertian anatar sifat keibuan yang penuh kasih sayang dan kebapakan yang tegas, jauh dari cekcok, perselisihan dan saling mendhalimi satu sama lain. Juga tak ada permusuhan dan saling menyakiti.

Penutup

Lurusnya keluarga menjadi media untuk menciptakan keamanan masyarakat. Bagaimana bisa aman bila ikatan keluarga telah amburadul. Padahal Alloh memberi kenikmatan ini yaitu kenikmatan kerukunan keluarga, kemesraan dan keharmonisannya.

Hubungan suami istri yang sangat solid dan fungsinya sebagai orang tua di tambah anak-anaknya yang tumbuh dalam asuhan mereka, merupakan gambaran umat terkini dan masadepan. Karena itu ketika setan berhasil menceraikan hubungan keluarga dia tidak sekadar menggoncangkan sebuah keluarga namun juga menjerumuskan masyarakat seluruhnya ke dalam kebobrokan yang merajalela. Realita sekarang menjadi bukti.

Semoga Alloh merahmati pria yang perilakunya terpuji, baik hatinya, pandai bergaul (terhadap keluarga), lemah lembut, pengasih, penyayang, tekun, tidak berlebihan dan tiada lalai dengan kewajibannya. Semoga Alloh merahmati pula wanita yang tidak mencari-cari kekeliruan, tidak cerewet, shalihah, taat dan memelihara dirinya ketika suaminya tidak ada karena Alloh telah memeliharanya.

Bertaqwalah wahai kaum muslimin, wahai suami istri. Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaaya akan dimudahkan urusannya. (Syeikh Shalih bin Abdullah bin Al Humaid)

Minggu, 09 Agustus 2009

istri islam islam istri dibenci ALLAH


Bagaimana sebenarnya istri dan ibu ideal dalam Islam?
Berbicara mengenai istri dalam rumah tangga, biasanya ayat “arrijalu qowwamuna ‘ala ‘annisa” dijadikan salah satu rujukannya, karena dalam ayat tersebut dibicarakan tentang pembagian kerja antara suami istri. Dalam memahami ayat ini, menurut Dr. H.M. Quraish Shihab, MA., ada 2 hal yang perlu digaris bawahi dengan melandasi hak dan kewajiban suami istri yaitu :

1. terdapat perbedaan antar pria dan wanita, bukan hanya pada bentuk fisik tetapi juga pada psikis (jiwa). Bahkan menurut Dr.A.Carrel (salah satu dokter yang meraih 2 kali hadiah nobel) perbedaan tersebut berkaitan juga kelenjar-kelenjar dan darah masing-masing. Pembagian kerja, hak dan kewajiban yang ditetapkan agama terhadap kedua jenis itu, didasarkan pada perbedaan tersebut.

2. pola pembagian kerja yang ditetapkan agama tidak menjadikan salah satu pihak bebas, paling tidak dari segi kewajiban moral untuk membantu pihak lain dalam hal yang berkaitan dengan kewajiban masing-masing.

Itulah beberapa perbedaan antara Pria dan Wanita, Bapak-bapak dan ibu-ibu yang berbahagia

Dalam hal ini, Abu Thaur, berpendapat bahwa seorang istri hendaknya membantu suaminya dalam segala hal. Salah satu alasannya dalam mengurus rumah tangga , tetapi asma’ juga membantu suaminya, antara lain dalam memelihara kuda suaminya, menyabit rumput, menanam benih dikebun dan sebagainya.

Sebenarnya wanita pada masa Nabi Muhammad SAW, ingin mengambil semua peran yang dilakukan oleh kaum pria, tapi beliau mengigatkan bahwa peran wanita sebagai istri dan ibu tidak kalah nilainya dengan peran yang dilakukan kaum pria.

Dalam sebuah hadist diterangkan, ada seorang wanita yang menghadiri majelis lalu bertanya kepada Rosullah “Ya Rasulullah, saya datang kemari mewakili para wanita lain untuk menanyakan masalah jihad, mengapa hanya lelaki yang diperintahkan berjuang ke medan perang? Kalau mereka menang, kehormatan dan pahala mereka dapatkan. Kalau mereka gugur, dia langsung masuk surga. kami wanitanya ditugasi menjaga rumah dan membesarkan anak-anak. Apa yang kami peroleh? Nabi Besar Muhammad SAW dengan menyungging senyum berkata : sampaikanlah salamku kepada para wanita lain. Katakanlah, jika mereka taat mendampingi suami dan mendidik anak-anak, nilainya sama dengan jihad dimedan perang bagi kaum pria.

Sekarang ajaran Rosullah tersebut mulai bergema lagi diseluruh pelosok dunia. Emansipasi yang dulu dikemukakan secara kebablasan, karena menganjurkan wanita meniti karir diluar rumah bahkan ada yang sampai menolak nikah dengan pria, menemui batu sandungan yang dahsat tatkala merebaknya kenakalan remaja yang meraja lela. Penyebabnya antara lain, lantaran mereka tidak memperoleh cukup waktu untuk menerima kasih sayang orang tua, terutama dari ibu. Untuk dijaman saat ini dipelopri oleh Anni Kawasaki, wanita kediri yang bersuamikan pria Jepang, banyak kaum feminis yang mulai mengajak kembali para ibu untuk lebih lama berada dirumah bersama keluarga.

Karena pada hakekatnya, melakukan kewajiban dan peran sebagai istri dan ibu tidak kalah pentingnya dari tugas-tugas mulia yang lain. Bahkan dalam bebepa hal, kewajiban dan peran tersebut tidak dapat digantikan kaum lelaki. Sebab secara fitra, terdapat ciri khas pada wanita berupa biofisik dan anatomis yang menempatkannya lebih dominan sebagai mitra suami, ibu dan anak-anak.

Sebagai mitra suami, Nabi Muhammad SAW bersabda : “khirun nisa’imroatun in nadzarta ilaiha sarratka wa in amartaha ath’atka, wa in ghibta ‘anha hafidzatka fi malika wa nafsiha”. Artinya : sebaik-baiknya wanita ialah istri yang jika kamu pandang menyenangkan, jika kamu perintah selalu taat dan jika kamu pergi dari dari dijaganya hartamu dan kehormatannya.

Apabila ayah, lazim disebut sebagai kepala keluarga, maka menurut Abdurohman Arroisi, ibu adalah lebih dari itu, karena ia merupakan jiwa atau ruh-nya. Dengan segala kualitas keibuannya, wanita paling menentukan dalam menghitam putihkan suasana kehidupan keluarga. Wanita bertanggung jawab mengasuh, mendidik, dan mengarahkan anak, agar menjadi manusia yang saleh maupun sholehah. Ahmad Syauqi, seorang penyair Mesir, berucap : Ibu itu laksana sekolah, apabila ibu mendidik dengan baik berarti ibu telah mendidik suatu bangsa dengan baik.

Wanita seperti itulah, barangkali yang berhak menyimpan surga dibawah telapak kakinya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : aljannatu aqdamil ummahat.
Istri dan ibu ideal dalam Islam bukanlah wanita karir yang selalu berada di luar rumah sehingga melalaikan kewajiban dan perannya sebagai istri dan ibu bagi anaknya. Istri dan ibu ideal dalam Islam adalah wanita yang dapat menjadi mitra suami dalam rumah tangga dan dapat mendidik anaknya dengan baik.


DUSTA DAN KHIANAT , BEDA TIPIS...!!

--------- Namun kadang-kala banyak wanita Indonesia, khususnya muslimah, yg masa bodo ttg hal ini; apalagi disaat kebutuhan materi 'dinomer-satukan; pembangkangan, munafik, khianat, seolah menjadi satu karakter baru; Lalu siapa yg salah?, apakah setiap pria; khususnya para suami/kepala keluarga harus 'on the top' terus?, keridak-wajaran banyak hal membuat kenistaan baik yang disengaja maupun tidak....weuhhh, tape dee....

LALU BAGAIMANA JIKA ORANG YG ANDA CINTAI ITU MELAKUKAN 'KHIANAT'?, Sedangkan Allah melarang untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat khianat,
“Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat.” (QS. An-Nisâ` : 105)
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisâ` : 107)
--------

”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu, dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan.” (Riwayat Tirmidzi, an-Nasai, dan lainnya).

”Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka. Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (Muttafaqun‘alaih)

Senin, 03 Agustus 2009

dzolim khianat dalam ISLAM


Nilai-nilai Islam yang agung nan suci sangat tidak sejalan dengan perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji. Karena kezholiman adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, dan khianat adalah tidak memenuhi amanah, dan melanggar janji adalah akhlak yang tercela menurut kesepakatan orang-orang yang berakal.

Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, Yang menciptakan seluruh makhluk, telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Qudsi, Allah berfirman,
يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظَّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوْا

“Wahai segenap hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Ku dan Aku telah menjadikan hal tersebut sebagai perkara yang haram antara sesama kalian, maka janganlah kalian saling menzholimi.” [1]

Dan Allah Tabâraka wa Ta’âlâ mengingatkan,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menzholimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushshulit : 46)

“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zholim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zholim kepada diri mereka sendiri.” (QS. Yûnus : 44)

“Sesungguhnya Allah tidak menzholimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. An-Nisâ` : 40)

“Allah tidaklah menzholimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzholimi diri mereka sendiri.” (QS. Âli Imrân : 117)

Dan dalam berbagai nash, diterangkan bahwa perbuatan zholim tidak pernah membawa kebaikan bagi pelakunya di dunia maupun di akhirat.

Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam mengingatkan,
“Sesungguhnya Allah memberi tangguhan kepada orang yang zholim, hingga ketika Allah mengazabnya, ia tidak akan melepaskannya lagi. Kemudian beliau membaca firman-Nya “Dan begitulah azab Rabb-mu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”. ” [2]

Dan beliau juga mengingatkan,

اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Takutlah terhadap perbuatan zholim, sebab kezholiman adalah kegelapan di atas kegelapan pada hari kiamat.” [3]

Bahkan Allah Jalla wa ‘Azza menyatakan dalam berbagai ayat akan bahaya perbuatan zholim,

“Orang-orang yang berbuat zholim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS. Al-Baqarah : 270, Âli Imrân : 192, Al-Mâ`idah : 72)

“Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu tidak akan mendapat keberuntungan.” (QS. Al-An’âm : 6, 135, Yûsuf : 23, Al-Qashash : 37)

“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. Al-Baqarah : 258, Âli Imrân : 86, At-Taubah : 19, 109, Ash-Shoff : 7, Al-Jumu’ah : 5)

“Orang-orang yang zholim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. Ghôfir : 18)

Dan betapa meruginya orang yang berbuat kezholiman pada hari kiamat,
“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada (Allah) Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezholiman.” (QS. Thôhâ : 111)

Tiada penyesalan yang bermanfaat dan tiada harta yang bisa menebus siksaan bagi pelaku kezholiman,

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zholim menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`ân ketika Al-Qur`ân itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqân : 27-29)

“Dan sekiranya orang-orang yang zholim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS. Az-Zumar : 47)

Dan perlu diketahui oleh seluruh kaum muslimin bahwa seluruh bentuk kezholiman, baik itu berupa kesyirikan, dosa dan maksiat yang merupakan kezholiman pada diri sendiri, atau dosa yang kaitannya antara sesama makhluk, seluruh bentuk kezholiman tersebut adalah termasuk hal yang mengancam sebuah bangsa maupun negara. Allah telah mengingatkan hal tersebut dalam beberapa ayat,

“Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zholim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi : 59)
“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zholim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya).” (QS. Al-Anbiyâ` : 11)

“Dan tidak adalah Rabbmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezholiman.” (QS. Al-Qashash : 59)

“Berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan serta istana yang tinggi.” (QS. Al-Hajj : 45)
Dan haram hukumnya untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat kezholiman,
“Dan janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zholim sehingga menyebabkan kalian disentuh api neraka.” (QS. Hûd : 113)

Adapun perbuatan khianat, ia adalah hal yang tercela dalam seluruh syari’at. Syari’at kita telah menjelaskan haram berbuat khianat dalam segala perkara, baik itu khianat terhadap sesama muslim ataupun khianat terhadap orang kafir yang terkait mu’amalat dengannya

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.” (QS. Al-Anfâl : 27)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS. Al-Anfâl : 58)
“Dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yûsuf : 52)

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj : 38)

Dan Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
“Tanda kemunafikan ada tiga; apabila bercerita ia dusta, apabila berjanji ia tidak menepatinya dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” [4]

Dan Allah melarang untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat khianat,
“Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat.” (QS. An-Nisâ` : 105)
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisâ` : 107)

Dan akhlak mulia yang diperintah dalam syari’at Islam adalah menepati janji.
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. Âli Imrân : 76)

“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isrô : 34)

“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-Mukminûn : 8, Al-Ma’ârij : 3)

Dan perbuatan melanggar janji (ghodar) adalah dosa yang sangat besar dalam syari’at. Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا ائْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
“Empat perkara, siapa yang terdapat padanya empat perkara ini, maka ia adalah munafik murni, dan siapa yang terdapat padanya salah satu darinya, maka padanya ada satu ciri kemunafikan; apabila diberi amanah ia berkhianat, apabila bercerita ia berdusta, apabila membuat janji ia ghodar dan apabila berdebat ia curang.” [5]

Dan dalam hadits lain,
يُرْفَعُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ يُقَالُ هَذِهِ غَدْرَةُ فُلاَنٍ
“Diangkat bagi setiap orang yang ghodar bendera pada hari kiamat, dikatakan : “Inilah ghodarnya si fulan”. [6]

Demikianlah para pembaca sekalian, kami tekankan prinsip haramnya perbuatan zholim, khianat dan melanggar janji ini, karena prinsip ini termasuk hal yang banyak dilalaikan oleh sebagian orang di masa ini. Hendaknya prinsip Islam yang agung ini senantiasa terpatri dalam sanubari setiap muslim, dan dalam pembahasan-pembahasan yang akan datang, akan nampak jelas besarnya pengaruh prinsip Islam yang mulia ini terhadap hukum-hukum syari’at dalam masalah jihad, dalam masalah berinteraksi terhadap sesama manusia -muslim maupun kafir- dan berbagai masalah lainnya. Wallâhu Ta’âlâ A’lam (http://jihadbukankenistaan.com/jalan-petunjuk/haramnya-perbuatan-zholim-khianat-dan-melanggar-janji.htm)